Tuesday 21 April 2020

Perak untuk Bapak Ibu

Minggu, 12 Desember 2004


Alhamdulillah, akhirnya selesai juga ujian tingkat kali ini, officially aku naik sabuk kuning strip hijau. Ujian kali ini tidak ada yang istimewa dibanding ujian kenaikan sebelumnya, dari sabuk putih ke kuning. Lari sepanjang jalan A.Yani sampai ke alun-alun kemudian balik kembali ke Gedung Kuning. Peragaan kuda-kuda, tendangan, pukulan, tangkisan yang diajarkan selama latihan. Terakhir ujian Poomsae. Nothing special..

Tiba-tiba jadi spesial saat Sabeum Adi kami memberi tahu setelah selesai ujian, “Latiahannya tambah rajin yaa.. Sabeum Nim Eko bilang, nanti kamu ikut TC Pra Porda”

“ Baik Sabeum..”, jawabku

Awalnya aku ngga terlalu exited, karena aku belum tahu apa dan bagaimana training center (TC) itu. Setelah bertanya-tanya ke senior, bahwa TC itu training sebelum ada kompetisi, girang bukan kepalang. We are born to fight, right? Ini kesempatan aku mendapatkan panggung untuk bertarung. Meski aku masih sangat piyik di beladiri ini, setidaknya ini lompatan besar dalam mengasah kepribadianku. Aku yang introvert.

Pada hari ini juga, aku sampaikan berita dari Sabeum Adi ke ibu, my very first diary, sebelum kutuliskan apa yang aku rasakan melalui buku diary ini, ibuku adalah pendengarku dari dulu.

“Ibu, kata sabeum Adi aku nanti ikut TC untuk Pra Porda..” Kataku mengawali obrolan dengan beliau

“Oh iya.” Jawab ibu singkat. Lama ibu diam. Aku ingin ibu melanjutkan ucapannya. Tapi aku tidak mendapatinya. Aku tidak pernaih mengharap pujian dari ibu atas apa yang aku dapat di sekolah atau di ekstrakurikulerku. Tapi kali ini aku ingin ibu bangga padaku.


Selasa, 14 Desember 2004

“Khairin, setelah sampai sambuk hijau, kamu keluar aja.. Ibu keberatan kalau harus beri tambahan uang saku tiap berangkat latihan.” Kata ibuku. Darahku seperti terkesiap ke kepala.

“Tapi bu..” Aku tidak melanjutkan argumenku, karena sebenarnya tahu persis jawabannya, bahwa aku punya 4 orang adik, pasti pengeluaran harian ibu luar biasa banyak, ditambah adik bontotku masih bayi. Butuh susu dan si embak pengasuh.

“Beli seragam, uang bulanan, biaya ujian, ongkos transport. Ibu takut kamu ngga bisa bagi waktu juga..” Jawab ibuku.

“Nanti aku akan berusaha sebisaku membagi waktu bu, belajar dan latihan. Aku suka Taekwondo bu.. Maaf kalau menambah anggaran ibu. ” 


Rabu, 29 Desember 2004

Di tengah-tengah latihan Sabeum Adi berteriak, “Khairin kenapa, yang semangat!!” Sontak aku kaget, mendengar teriakan Sabeum Adi kepadaku. Memang, kepalaku sedikit pusing dan magg-ku mencengkeram perutku.

“Maaf Beum, saya lagi ngga enak badan,” Jawabku seketika.

“Silakan istirahat aja..” 

Saat istirahat minum, Sabeum Adi menghampiriku dan basa basi seputar kesehatanku. 

“Maaf, untuk Pra Porda nanti kamu absen dulu ya.. tetep rajin latihan, jaga kesehatan. Semoga kompetisi berikutnya kamu masuk.:

“Iya Sabeum, ngga apa-apa, makasih.” Jawabku datar.

Sedih? Iya, ibu melarangku melanjutkan tae-kwondo sampai sabuk Hijau Strip, dan sekarang aku tidak jadi ikut training Center Pra Porda. 


Senin, 3 Januari 2005

Kegagalan aku ikut TC kali ini menjadikan fokus eskulku agak berubah, aku lebih banyak Bersama-sama kawan Rohisku. Ya, aku ikut Rohis di SMA, KKI namanya. Beruntung aku bisa menjadi bagian dari mereka, saat-saat down seperti ini, sahabat terbaikku adalah teman yang shalih shalihah.

Meski sering mangkal kalau ada rapat, tapi bersama mereka kutemukan energi kembali, jiwaku terisi


Sabtu, 8 Januari 2005

Tidak dipungkiri, aku masih berharap dan berdoa untuk mendapat kesempatan kembali mengikuti TC di kompetisi apapun. Semoga bukan karena ambisi, aku hanya ingin membuat ibu bapak bangga, agar tidak sia-sia biaya yang mereka keluarkan untukku sampai detik ini.


Allah kabulkan doaku, aku kembali direkomendasikan untuk ikut program TC Kejuaraan InvitasiTae Kwon Do Junior Pra Junior di Pati. 

“. Berlatih lebih keras, jangan pernah patas semanngat, in sya Allah nanti bakal sukses.” Kata Sabeum Adi.

“Baik Sabeum..” Jawabku sambal berbinar-binar. Do’aku hari ini adalah aku bisa menjalani latihan fisik dan teknik dengan baik. 


Jum’at, 22 Juli 2005

Hari ini tim Tae Kwon Do dari kota Wonosobo bertolak ke Pati untuk mengikuti Kejuaraan Invitasi Taekwondo Junior PraJunior se-Jawa Tengah.

“Le latihan wes temen, muga-muga entuk hasil sing apik..” begitu ucap bapak saat aku berpamitan ke rumah Sabeum Nim Eko, kami akan berkumpul disana. Setelah sarapan dan berdoa besama, kami berangkat menaiki bus sedang.

Hari ini benar-benar bukan kondisi fisik terbaikku, badanku panas dingin karena flu berat, magh-ku tiba-tiba kambuh, otot kuadrisep kaki kanan masih tertarik dan nyeri saat kontraksi; salah posisi tidur, otot punggung jadi nyeri juga. 

Tapi bismillah, semoga Allah kuatkan..

Bus melewati gang rumahku, 

“Sabeum, berhenti di depan sebentar ya, ibuku mau nambahin uang saku’ Kataku kepada Sabeum Adi, saat kulihat ibu ada diujung jalan.

“Oke”

Aku turun dari bus, kuambil amplop dari ibu, kemudian kucium tangan ibuku, tak kusangka Sabeum Adi meminta teman-temanku menyalami ibuku. Tak dapat kubendung, mataku panas, dan meneteskan air mata.

“Hati-hati, semoga sukses semuanya yaa..” Doa ibuku untuk kami semua.


Sabtu, 23 Juli 2005

Seharian ini benar-benar hari yang membahagiaan, melelahkan dan membanggakan.

Alhamdulillah aku mendapat medali Perak. Akan kukabarkan kepada bapak ibu, anakmu bisa Pak Bu. Anakmu bukan yang terbaik, tapi akan berusaha terus untuk lebih baik.



_RGK_